Sudahkah Kalian Membaca dan Menulis Hari Ini?
Dalam berita “Tentang Dia, Sosok Dibalik Kerudung di Titik Api”, Taufik
Hidayatullah selaku sosok yang diceritakan. Ingin mengajak masyarakat untuk
gemar menulis dan membaca. Ia menceritakan bahwa menulis merupakan suatu
kebiasaan yang ia lakukan setiap hari. Karena menulis memberikan kebahagaiaan
tersendiri untuk dirinya. Dari buku yang ia tulis, ia berharap dapat
meningkatkan minat membaca dan memberi pandangan kepada masyarakat bahwa
menulis itu menyenangkan.
Berita
ini mengacu pada bagaimana masyarakat Indonesia sendiri, kebiasaan menulis masih relatif rendah. Lebih rendah
dibandingkan dengan membaca. Banyak para tokoh yang berpendapat demikian, khususnya
dosen-dosen yang berada di perguruan tinggi. Mereka melihat hal ini dari kualitas
dan kemampuan menulis mahasiswa. Hal ini semakin diperkuat, berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Central Connecticut State University tentang
Most Literate Nations in The World pada tahun 2016, Indonesia duduk di posisi
ke 60 dari 61 negara. Bayangkan, Indonesia menduduki peringkat kedua terendah
dalam penelitian tersebut. Sangat kalah jauh dari negara-negara lainnya.
Meski
keinginan melek huruf di Indonesia cukup tinggi, namun ternyata tidak sebanding
dengan minat menulis dan membaca. Dua hal ini saling berkesinambungan,
sekalinya seseorang gemar membaca, maka ia dapat menuliskan apa yang ia baca
dengan gayanya sendiri. Sekali orang tersebut menulis, lahirlah karya.
Setidaknya hal itu dapat menambah angka minat menulis dan membaca, juga
tentunya bermanfaat dengan memberikan pengetahuan kepada orang lain.
Mengapa
minat masyarakat Indonesia masih rendah? Mungkin hal ini beriringan dengan
munculnya teknologi yang semakin canggih. Generasi muda khususnya, merasa lebih
dimanjakan dengan fasilitas yang ada. Membaca secara digital dianggap lebih
mudah. Hanya dengan mengetik kata kunci di mesin pencari, maka dalam hitungan
detik bahkan keluar semua bacaan yang sesuai dengan kata kunci tersebut. Memang
jauh berbeda dengan membaca buku, harus membuka lembar demi lembar, membaca
satu buku ke satu buku lainnya untuk mencari jawaban apa yang dicari. Beberapa
menganggap itu merepotkan, namun terlihat jauh lebih baik melihat dampaknya.
Dibandingkan menatap layar dan akan menyebabkan penurunan kesehatan mata
dikemudian hari.
Kegiatan
membaca yang kini sudah teralihkan dengan teknologi, tentunya juga mempengaruhi
seseorang dalam menulis. Ketika semua informasi sudah mudah untuk dicari, maka
untuk tingkat kemalasan mereka dalam menulis akan semakin tinggi. Karena waktu
yang biasa mereka gunakan menulis, akan teralihkan untuk memainkan teknologi
canggih yang berada di genggaman mereka. Banyak waktu yang tersita. Padahal
jika mereka melepaskan teknologi canggih itu untuk beberapa saat, mungkin akan
muncul beberapa tulisan yang akan menginspirasi atau sekedar berbagi
pengalaman.
Memang
meningkatkan kesadaran menulis dan membaca buku, tidak semudah membalikkan
telapak tangan. Memaksakan seseorang untuk memulai kedua hal tersebut padahal
mereka sebelumnya belum pernah melakukan, tentunya tidak akan mudah. Perlahan
namun pasti, mulai memberikan pemahaman kepada mereka, apa itu pentingnya
membaca. Berikan mereka satu atau dua buku untuk mereka coba baca, tentu
temanya sesuai dengan minat mereka agar mereka semakin tertarik untuk terus
membaca hingga akhir. Begitu juga dengan menulis. Mau tidak mau, seorang
pelajar ataupun mahasiswa pasti harus banyak menulis khususnya tugas mereka. Hal
ini juga tentunya dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam menulis.
Beberapa
masih bertanya, segitu pentingkah menulis dan membaca? Jawabannya sudah pasti
sangat penting. Dua hal ini dapat membentuk karakter mental dan tentunya untuk
mempersiapkan generasi yang lebih berwawasan luas karena banyak membaca.
Indonesia tidak boleh ketinggalan dengan negara maju lainnya. Buktikan kita
sebagai anak bangsa, juga bisa membangun negeri melalui tulisan-tulisan yang
kita buat.
Komentar
Posting Komentar